Tak mudah mengubah image seseorang, terlebih kelompok. Namun Komunitas Merkid's membuktikannya. Aktif berkegiatan sosial dan fokus memperhatikan kaum pinggiran membuat komunitas ini "bersinar".
Pada sekitar 1999, sekelompok anak muda di wilayah Mergangsan Timur, Jogja membentuk komunitas yang dinamai Merkid's. Awalnya image yang melekat adalah urakan dan nakal. Di 2006, mereka "merombak diri" menjadi komunitas yang memiliki solidaritas sosial tinggi.
"Awalnya Merkid's sendiri berasal dari tempat tinggal saya kampung Mergangsan Kidul daerah Taman Siswa. Dulunya Merkid's dikenal nakal dan urakan. Namun, sejak tahun 2006 baru mulai eksis dan terjun ke bidang sosial," terang Hasannudin, Ketua Merkid's kepada Harian Jogja.
Sebagai komunitas yang "besar" di jalanan, alias terdiri dari berbagai macam pekerja jalanan, tentu tak mudah mengubah image. Meski bertujuan baik, namun image para anggotanya yang bekerja di jalanan seperti pengasong, pengamen dan juga sejumlah anak jalanan membuat komunitas ini tak mudah mendapat tempat di hati masyarakat.
Di 2006, para anggota komunitas yang terdiri dari anggota aktif dan partisan ini terlibat langsung sebagai sukarelawan pada peristiwa erupsi Gunung Merapi. Sejak itulah, tutur Hasanudin atau juga dipanggil Gepeng, komunitas ini berubah image.
Sejak itu, Merkid's semakin mengembangkan sayap dengan gerakan sosialnya. "Seperti visi kami dari kita, oleh kita, dan untuk kita. Selebihnya menyongsong esok raih kebersamaan. Serta misi kami yakni mari kita damai selamanya," paparnya.
Menurut Doddy Tri Pamungkas alias Doddy Abu Sayaf, Sekjend Merkid's kini mereka lebih berkonsentrasi pada bidang pendidikan dan kehidupan kaum pinggiran di wilayah Jogja khususnya.
Merkid's juga mengembangkan diri dengan menambah anggota dari kalangan profesional muda. Kini ada sebanyak 75 anggota aktif dan 600 partisan yang tersebar di wilayah Jogja, Bantul, Gunungkidul, Klaten dan Magelang.
Kebanyakan orang-orang yang dirangkul sebagai partisan adalah orang-orang atau masyarakat yang tidak tersentuh pemerintah karena minimnya pengetahuan mereka tentang birokrasi. Dan susahnya mendapatkan pengakuan sosial di masyarakat.
Dengan tekad bulat, lanjut Doddy, Merkid's berusaha membuatkan lapangan pekerjaan atau memberikan kegiatan positif bagi anak-anak "alumni" lembaga pemasyarakatan dan yang sulit mendapatkan perkerjaan.
"Dengan seperti itu mereka alumni [mantan penghuni lembaga pemasyarakatan] tadi tidak merasa dipandang sebelah mata oleh lingkungan sehingga merasakan yang namanya putus asa dan akhirnya tercebur kembali pada dunia kriminal karena tidak ada pilihan pekerjaan lain," jelasnya.
Hasan juga mengatakan orang-orang seperti itulah yang perlu dikhususkan. "Perlu dibantu agar mereka sadar akan kehidupan yang sebenarnya. Walau secara pelan-pelan mendidiknya, kita akan usahakan mereka menjadi manusia yang lebih baik lagi. Serta pekerjaan yang layak bagi mereka," tambahnya pekan lalu.
Soal "alumni" tadi mereka "titipkan" ke beberapa rumah makan sebagai pelayan, SPBU, dan parkir di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Bahkan diikutkan teman-teman dari mereka yang memang memiliki usaha seperti event organizer (EO), advertising dan lainnya.
"Kami juga menjalin komunikasi dengan ustadz dan pimpinan-pimpinan panti yang ada di Jogja. Ke depannya, agar bisa lebih terarah tujuan Merkid's sebagai bentuk pengabdian kita yang bisa member sumbangsih solusi tentang penataan mental anggota kami," katanya.
Sumbang Air
Selain kegiatan sosial merangkul "alumni" lembaga pemasyarakatan, Merkid's juga rutin membantu mengirimkan air bersih ke daerah yang kekurangan air di Kabupaten Gunungkidul. Dalam waktu dekat ini, Merkid's akan mengadakan donor darah dan sunatan masal bagi kaum pinggiran.
"Terutama Kali Code yang warganya tak mampu. Dan untuk donor darah bisa langsung ke PMI yang sudah bekerja sama dengan kami," kata bapak satu anak ini.
Di bidang pendidikan, Merkid's memang belum bisa maksimal memberikan dukungan lebih. "Hanya saja Merkid's baru bisa mengumpulkan dana untuk mendukung pendidikan formal seperti SPP atau pembelian keperluan sekolah. Sudah ada 20 anak yang kami bantu secara rutin," ujarnya.
Bicara soal dana, kata Doddy, selama ini Merkid's menghimpun dana dari iuran anggota yang mampu. Biasanya menyisihkan dari hasil pekerjaan masih-masing anggota. Dukungan dari beberapa alumni "jalanan" yang sudah sukses dan donator-donatur baik tetap maupun tidak tetap yang merasa pernah dibantu oleh komunitas ini.
Rencana ke depan, lanjut Doddy, ingin merangkul beberapa pihak untuk mengadakan sekolah gratis untuk anak-anak pinggiran kali Code khususnya yang tidak mampu. Sebagai pilot project juga sebagai penghormatan atas cikal bakal Merkid's yang lahir dari komunitas pinggiran.
Untuk itu, sedang diusulkan komunitas ini sebagai organisasi kepemudaan di tingkat nasional. "Kami butuh pemikir-pemikir masa depan anak bangsa yang mungkin terlalu dipinggirkan karena sepak terjang masa lalu. Untuk itu, Merkid's dari hati ingin mewujudkannya demi masa depan yang lebih baik," pungkasnya.
Harian Jogja 16 Sep, 2012
-
Source: http://www.solopos.com/2012/09/16/merkids-komunitas-kaum-pinggiran-kota-jogja-329255
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com