, Yogyakarta: Pakar herbal yang juga mantan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Oswald Tampubolon menuturkan pengobatan penyakit kanker dengan metode herbal saat ini posisinya masih sekadar komplementer alias pelengkap dari kimiawi.
"Karena pengobatan herbal itu masih kurang diminati, jadi hanya bersifat komplementer saja," kata Oswald saat menjadi pemateri dalam seminar nasional "Herbal Untuk Terapi Kanker" di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Selasa, 3 Juli 2012.
Oswald menambahkan pengobatan secara herbal biasanya di Indonesia baru dilakukan karena melihat tipisnya kemungkinan untuk sembuh dan harga obat kimia yang mahal. Padahal, kata dia, obat yang berasal dari tanaman herbal dengan indikasi yang sama, pada umumnya tidak pernah bertentangan satu sama lainnya layaknya obat kimia sehingga bisa digunakan sebagai ramuan yang efektif melawan kanker.
Secara alami, hal itu terdapat terutama dalam buah-buahan yang mengandung zat kompleks yang bisa dikembangkan untuk pengobatan berbagai penyakit termasuk kanker. "Semakin banyak jenis buah yang digunakan akan dihasilkan suatu bahan obat yang mempunyai spektrum luas," kata dia.
Meskipun pengobatan dengan bahan herbal jarang menimbulkan efek samping pada penderita, dalam perkembangannya pengobatan ini kalah cepat perkembangannya dibanding pengobatan secara kimiawi.
"Salah satunya karena obat yang tidak selalu tersedia setiap saat. Sedangkan obat kimia relatif jauh lebih mudah didapat dibuat melalui sintesa, sehingga bisa dibuatkan standar baku untuk dapat digunakan dalam skala produksi," katanya.
Dengan alasan ekonomi dan kontinuitas produk inilah para pemilik modal cenderung memanfaatkan bahan obat kimiawi. Padahal, lanjut Oswald, terapi kimia atau kemoterapi yang selama ini menjadi salah satu upaya yang telah lama dilakukan untuk pengobatan kanker sering masih belum memberi hasil memuaskan.
"Tak jarang ditemukan efek samping yang tidak dikehendaki dari penggunaan bahan kimia itu," katanya.
Padahal WHO memprediksi terjadi peningkatan jumlah penderita kanker hingga 50 persen dalam rentang waktu 2000 hingga 2020. Penyakit ini juga telah menjadi penyebab kematian keenam di Indonesia.
Ketua Cancer Chemoprevention Research Center (CCRC) Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. Edy Meiyanto, menuturkan penanganan kanker salah satunya dapat dilakukan dengan kemoprevensi. "Kemoprevensi kanker ini diperkenalkan untuk membuka alternatif penanganan masalah kanker dengan penggunaan agen baik berupa bahan sintetik maupun herbal secara tunggal ataupun campuran untuk mencegah, menghambat, dan mengembalikan fungsi normal tubuh," katanya.
PRIBADI WICAKSONO
Berita terpopuler:
Bahaya di Balik Jus Buah
Awal Ramadhan Muhammadiyah dan NU Berbeda
Inilah Tujuh Tanda Pasangan Berselingkuh
Soft Drink Ternyata Mengandung Alkohol
Korupsi Al-Quran Ganggu Citra Golkar dan Ical
Orignal From: Pengobatan Herbal untuk Kanker Masih Komplementer