PALANGKARAYA, KOMPAS.com - Isu SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) dalam pemilihkan kepala daerah digunakan jika tidak ada cara lain yang bisa dipakai. Jika visi, misi, dan program calon kepala daerah tak berhasil meraih dukungan masyarakat, jurus SARA pun digunakan.
Ketua Badan Pengurus Harian Daerah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kabupaten Katingan, Sarwipin di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Jumat (14/9/2012), menjelaskan, isu SARA digunakan jika tim sukses calon kepala daerah sudah kehabisan cara. Namun, isu itu membuat masyarakat tidak berpikir jernih.
"Isu SARA melahirkan politik yang tidak bersih. Pada akhirnya, masyarakat yang terpengaruh hanya akan mencoblos tanpa bersikap objektif," tuturnya.
Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang mengatakan, mereka yang menggunakan isu SARA dalam pilkada biasanya memakai jurus terakhir. " Jika visi sudah kalah, tidak punya misi, dan tak bisa membahas program lagi. Jangan gunakan kampanye hitam itu," ujarnya.
Teras mencontohkan calon gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang tak terpancing menghadapi isu SARA karena yakin terhadap visi, misi, dan programnya. " Kalau Jokowi (Joko Widodo) bilang, tenang-tenang saja karena yang menentukan adalah rakyat. Pemilih pasti sudah tahu apa yang baik dan benar," tutur Teras.
14 Sep, 2012
-
Source: http://regional.kompas.com/read/xml/2012/09/14/17121142/Isu.SARA.Digunakan.jika.Kehabisan.Cara.
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com