GUNUNGKIDUL—Sebanyak 20 titik sumber air di seluruh Gunungkidul akan didayagunakan untuk mengatasi persoalan kesulitan air bersih yang melanda kabupaten ini dari tahun ke tahun pada musim kemarau.
Wakil Bupati Gunungkidul, Immawan Wahyudi mengatakan, pendayagunaan 20 sumber air itu menggunakan anggaran sebesar Rp4 miliar dari APBN. Immawan mengatakan persoalan kekeringan yang rutin melanda Gunungkidul setiap tahun memerlukan ada anggaran untuk mengangkat air, bukan hanya penyaluran air.
Belum lama ini, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengeluarkan Surat Keputusan No.309/Kep/2012 tentang Penetapan Status Siaga Darurat Bencana Kekeringan. Surat itu dikeluarkan karena persoalan kekeringan di sejumlah kabupaten dan kota butuh penanganan serius.
Menurut Immawan, persoalan kekeringan kini telah dianggap lebih tepat, karena dianggap sebagai bagian dari bencana. "Diperlukan satu penanganan tidak hanya semata-mata pengiriman air tapi ada juga anggaran untuk pengangkatan air," kata Immawan.
Dia mengatakan kebijakan ini cukup bagus karena aspiratif untuk kepentingan masyarakat. Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) No.6/2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Gunungkidul tahun 2010-2030, Gunungkidul memiliki 12 kawasan yang berpotensi mengalami kekeringan. Sebagian besar kawasan itu terletak di Selatan Gunungkidul.
Kawasan itu adalah Kecamatan Purwosari, Panggang, Paliyan, Saptosari, Tepus, Tanjungsari, Girisubo, Rongkop, Semanu dan sebagian Kecamatan Wonosari, Patuk dan Gedangsari.
Tidak semua kecamatan yang tercantum dalam Perda itu mendapat penyaluran air dari pemerintah. Penyaluran air merupakan solusi jangka pendek yang ditawarkan pemerintah untuk mengatasi persoalan air bersih.
Berdasarkan nota Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Gunungkidul bernomor 460/753 diterangkan wilayah penyaluran air antara lain Kecamatan Girisubo (Desa Balong, Jepitu, Karangawen, Nglindur), Rongkop (Pucanganom, Karangwuni, Semugih, Petir, Pringombo), Tepus (Sumberwungu, Giripanggung).
Selain itu, Tanjungsari (Ngestirejo), Nglipar (Katongan, Natah, Pilangrejo, Kedungkeris, Nglipar, Pengkol, Kedungpoh), Ngawen (Jurangjero, Sambirejo, Tancep), Semin (Semin, Candirejo, Sumberejo, Kemejing) serta Panggang (Girisekar).
Gunungkidul memiliki sejumlah sumber air yang kini digunakan masyarakat secara luas antara lain sungai bawah tanah Bribin di Desa Dadapayu, Kecamatan Semanu dan Seropan di Kecamatan Ponjong.
Megaproyek pengangkatan air sungai bawah tanah Bribin itu menghabiskan dana miliaran rupiah yang berasal dari APBN, APBD DIY dan APBD Gunungkidul. Proyek itu juga bekerjasama dengan Universitas Karlsruhe Jerman
Namun, meskipun sudah ada megaproyek itu, Semanu masih mendapat penyaluran air dari pemerintah. Tahun ini Kecamatan Semanu masih digelontor anggaran Rp55 juta untuk penanganan kekeringan berupa pengiriman air bersih untuk warganya di tiga desa prioritas yakni Dadapayu, Pacarejo, dan Candirejo.
Sementara itu, warga yang menikmati air dari sungai bawah tanah Bribin, Tumiyah, 45, warga Desa Dadapayu, Kecamatan Semanu mengatakan setiap bulannya dia dijatah minimal 10 meter kubik air. "Bayarnya sekitar Rp37.000 per bulan," katanya.
Air itu digunakannya untuk beraktivitas sehari-hari seperti mandi, memasak dan mencuci. Namun air itu tidak digunakan warga untuk pertanian. Warga dari kecamatan Ponjong, Purwito Rejo, 80, mengatakan menggunakan air dari Seropan.
"Tapi enggak digunakan untuk pertanian, karena hasilnya enggak cocok [sepadan]," katanya.
Dia berhenti menanam jagung serta sayuran karena air hujan belum turun. Diperkirakan musim kemarau ini berlangsung sampai akhir Oktober 2012.
Harian Jogja 14 Sep, 2012
-
Source: http://www.solopos.com/2012/harian-jogja/gunung-kidul/20-sumber-air-gunungkidul-akan-didayagunakan-anggaran-rp4-miliar-328617
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com