Menurut analis valas Rahadyo Anggoro Widagdo kondisi ini dipengaruhi oleh kebutuhan dolar (AS) di dalam negeri yang masih tinggi khususnya dari PT Pertamina (Persero) yang harus menambah stok dengan melakukan impor.
"Selain itu, risk appetite global cenderung belum stabil tetapi agresifitas pelaku pasar mengoleksi instrumen rupiah diprediksi tetap marak hingga potensi mendukung pergerakan rupiah," katanya di Jakarta, Jumat (21/9/2012).
Rupiah kemarin ditutup stagnan di level Rp9.535-Rp9.545. Kondisi ini dipengaruhi aktivitas di sektor finansial yang berkurang seiring berlangsungnya Pilkada.
"Pada saat yang sama, rupiah mendapat tekanan negatif dari eskpektasi buruknya data ekspor Jepang yang akan dirilis hari ini. Meskipun defisitnya berkurang, tapi tetap masih minus," jelasnya.
Kondisi stagnannya rupiah ini juga diakibatkan aliran dana asing yang masuk ke pasar obligasi dan saham belum mampu mendorong rupiah untuk menguat secara signifikan terhadap dolar (AS).
Rahadyo menjelaskan bahwa euforia pemberian quantitative easing tahap ketiga (QE3) dari The Federal Reserve (The Fed) belum cukup memberi tenaga bagi valuta Garuda. Dolar AS pun masih terlalu kuat karena investor kembali mengkhawatirkan perekonomian Yunani dan Spanyol.
"Yunani dan Spanyol kemungkinan belum sanggup memenuhi segala persyaratan bailout. Pasar finansial masih menunggu kelanjutan episode masalah krisis utang di Eropa ini," tandasnya. (gna)
(rhs)
21 Sep, 2012
-
Source: http://economy.okezone.com/read/2012/09/21/278/693007/impor-makin-deras-rupiah-diprediksi-melemah
--
Manage subscription | Powered by rssforward.com