JAKARTA, KOMPAS.com -- Dalam pekan ini, kurs rupiah rupiah diperkirakan bergerak dengan kecenderungan konsolidasi hingga melemah. Problema Eropa ditengarai masih menjadi acuan bagi investor untuk menanamkan asetnya.
Demikian analis dari BNI Unit Treasury Klara Pramesti dalam catatannya di Jakarta, Senin (25/6/2012).
Sementara itu, permasalahan yang melanda Zona Euro cenderung tidak ada habisnya. Masih kelabunya kondisi perekonomian global ikut menambah suram outlook ekonomi ke depan. Terlebih maraknya pemberian stimulus oleh bank sentral Amerika Serikat (The Fed), bank sentral Eropa (ECB), bank sentral Inggris (BOE) dan dan bank sentral China (PBOC), mengkonfirmasikan masih labilnya perekonomian dunia.
Penurunan suku bunga acuan dari seluruh bank sentral menunjukkan pula dukungan pemerintah dalam menyokong perkembangan iklim bisnis di kawasannya.
Di sisi lain, rencana lelang SBSN atau sukuk negara pada Selasa pekan ini mengisyaratkan dukungan positif buat pergerakan rupiah. Terlebih imbal hasil yang diberikan relatif tinggi sehingga masih menarik di mata investor dan berpeluang terjadi kelebihan permintaan (oversubscribe).
Sementara itu, minimnya sentimen di dalam negeri menyebabkan kuatnya pengaruh faktor regional dan global yang berpotensi membatasi penguatan rupiah. Sedangkan sikap wait and see pasar menjelang rilis data ekonomi ID pada awal bulan Juli mendatang ikut memberi tekanan pada rupiah.
Diperkirakan dalam pekan ini kurs rupiah akan bergerak antara resiten kuat di level Rp 9.600 per dollar AS dan support di Rp 9.350 per dollar AS. <!--Baca Juga Lipsus Asuransi 2011 Kompas.com -->
Orignal From: Siap-siap Dollar AS Tembus Rp 9.600