DALAM perkawinan masyarakat peranakan, ada beberapa ritual acara yang harus dilakukan. Seperti prosesi lamaran hingga resepsi. Namun, seringkali banyak dari mereka yang tidak mengerti akan hal itu.
Hal inilah yang akhirnya menggugah seorang Musa Widyatmodjo untuk memperkenalkannya lagi melalui karya busana. Bersama dengan beberapa desainer lain, Musa memamerkan beberapa rancangannya yang terinspirasi dari budaya peranakan.
"Di sini saya hanya menerjemahkan ulang pada masyarakat dengan apa yang dilakukan peranakan Tiong Hoa di Indonesia, karena budaya itu sudah menjadi asimilasi," Ujarnya saat berbincang dengan Okezone usai pagelaran busana Kondangan Peranakan Tionghoa, di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta Selatan, Kamis, 09 November 2012.
Dengan tema kondangan peranakan Tinghoa, rancangan Musa berhasil memukau para pengunjung yang datang. Pria ramah ini menghadirkan busana pengantin peranakan yang terbagi menjadi tiga sequin berbeda, sesuai dengan ritual yang seharusnya. Pada sequin pertama, Musa menampilkan koleksi kebaya yang penuh dengat detail bordir dan payet.
Sedangkan busana prosesi rias yang dihadirkan pada sequin kedua. Pria yang sempat menimba ilmu di Drexel University, Philadelphia, Amerika Serikat itu tetap mengusung atasan model cheongsam yang memiliki detail bordir bunga teratai yang dipadukan dengan bawahan dari batik dengan motif yang sangat khas.
Sementara untuk resepsi, Musa menghadirkan busana pengantin yang kental akan unsur Tionghoa. Mulai dari siluet pada busana wanita yang lebih mirip busana dari dinasti China kuno. Meski begitu, unsur tradisional Indonesia juga terlihat melalui aksesori yang digunakan, serta penggunaan bahannya.
Sementara busana yang dikenakan pria juga berkonsep sama dengan wanita, namun kali ini lebih kental Tionghoanya. Hal ini terlihat dari semua aksesori yang dikenakan, mulai dari topi dan sepatu yang bergaya ala dinasti Xing.
"Kalau yang wanita lebih ke Huanghun, kalau yang laki-laki itu Cangsan, dan itu sebetulnya baju dari dinasti Xing," paparnya.
Dari segi pewarnaan, Musa memang sengaja menghadirkan warna yang lebih hidup, seperti hijau, emas, biru dan fuschia.
"Warna hijau memang dipilih karena untuk siang hari, lalu ada warna fuschia yang memang ciri khas sebenarnya dari peranakan," ujarnya.
Untuk bahan, tidak banyak yang digunakan pada rancangan kali ini. Sebab Musa hanya menggunakan kain batik khas Pekalongan serta silk.
(tty)
Orignal From: Musa Hadirkan Gaun Pengantin Peranakan nan Apik